Pada hari Rabu tanggal 15 Agustus 2018 di gereja Santo Yohanes Bosco pukul 17:00 diselenggarakan Misa meriah hari Raya Bunda Maria Diangkat ke Surga dan pentahbisan dua diakon menjadi pastor baru SDB (Salesian Don Bosco. Kedua diakon itu ialah Fransiskus Borgias Adventus da Silva SDB dan Yulius Dadang Supriyanto SDB. Kedua Salesian itu di awal tahun 2018 ini baru menyelesaikan pendidikan teologinya di Don Bosco Center of Studies di Manila, Filipina.
Diakon Adventus adalah anak pertama dari empat bersaudara, keturunan dari bapak yang berasal dari kota Larantuka, Flores Timur dan ibu dari Bogor, Jawa Barat. Adventus lahir, tumbuh, dan besar di wilayah Bogor, Bekasi, dan Jakarta. Keluarga baginya adalah sebuah seminari dasar . Tradisi keluarga Katolik sangat kental di dalam keluarganya. Ia memiliki mimpi untuk panggilan hidup membiara dan imamat di Jakarta sejak menjadi misdinar di paroki St. Arnoldus-Bekasi, kemudian berlanjut dengan mengeyam pendidikan seminari menengah Wacana Bhakti Jakarta, dan akhirnya masuk biara Salesian.
Saat-saat menjelang tahbisan diakon Advent berkata: “Saya menyadari bahwa tahbisan imammat ini bukan hanya semata-mata usaha dari saya sendiri, namun proses panjang untuk terus berkolaborasi dengan Rahmat Tuhan yang telah memampukan dan membimbing saya dalam menjadi seorang Salesian. Saya yakin bahwa rahmat Tuhan akan selalu menyertai saya dan semua saudara Salesian dalam melayani dan bekerja bersama dengan orang-orang muda” (dari buku kenang-kenangan tahbisan, hal. 56).
Diakon Dadang adalah anak ke-3 dari tiga bersaudara alias anak bungsu. Keluarganya berdarah Jawa namun sudah lama tinggal di Lampung. Ia sangat bersyukur dan bangga dengan tradisi keluarga yang sangat Katolik. Dengan dasar persemaian iman Katolik di keluarga, Dadang kecil mendapatkan dirinya dengan muda beraktivitas di paroki dan stasi. Ia menemukan pertumbuhan yang sehat dan positif di sana. Selanjutnya, jalan menuju pendidikan seminari menengah di kota Palembang terbuka baginya. Setamat dari seminari ia tidak menemukan jalan untuk melanjutkan pendidikan supaya sejalan dengan kehendak panggilannya untuk menjadi seorang imam.
Ia akhirnya mengabdikan diri di pelayanan paroki dan stasi di kampung halamannya selama beberapa tahun. Ia suka terlibat dalam pendampingan orang muda dalam kegiatan-kegiatan mereka yang berkaitan dengan Gereja Katolik. Lewat keterlibatan ini, Dadang mendapatkan jalan untuk datang ke biara Salesian di Tigaraksa (Tangerang). Ia kembali berpikir serius tengan panggilannya untuk menjadi seorang imam. Pertemuan pertama di Tigaraksa itu memantapkan semangatnya untuk masuk biara Salesian dan melanjutkan pembinaan untuk menjadi imam.
Menjelang saat-saat upacara pentahbisan, diakon Dadang mengatakan: “Imamat Tahbisan bukanlah suatu pencapaian prestasi atau prestise yang dicapai oleh seseorang, tapi karena wujud Kasih Allah Tritunggal kepada umat-Nya yang berziarah di dunia: oleh karena Dia, Yesus, yang mencurahkan kasih dan karuniaNya, yang saya mencoba rangkumkan dalam motto hidupku, “Tidak ada seseorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari surga.” (Yoh 3:27)
Diakon Adventus dan diakon Dadang akan menjadi pastor-pastor Salesian ke-27 dan 28 berasal dari Indonesia. Kongregasi SDB pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1985.